SERI kedua FGD Aseri tentang Ekosistem Seni Riau menghadirkan Rhomi AB, S.Sn, ketua Korda Kabupaten Kuansing dan Merlia Atika, S.Sn., ketua Korda Kabupaten Siak. Berbeda dari seri sebelumnya, kedua Korda menggunakan informasi yang ada dalam Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) yang disusun oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau sebagai landasan membaca kondisi kehidupan seni di daerah masing-masing Korda.
Dalam FGD yang berlangsung selama dua jam pada Rabu, 2 Maret 2022 itu Korda Kuansing maupun Korda Siak menilai ada banyak info yang keliru atau tidak valid dari dokumen PPKD Provinsi Riau tersebut. Misalnya pada bab Objek Pemajuan Kebudayaan, [...]
Pengarang Notulen FGD Ekosistem Seni Riau #2: Siak & Kuansing
DUA tahunan pandemi Covid-19 melanda, seniman masih belum benar-benar berada pada kondisi yang layak. Asosiasi Seniman Riau melihatnya bukan hanya karena pandemi, melainkan tata kelola kesenian-kebudayaan yang belum kondusif. Oleh karenanya, ASERI merasa perlu menghimpun data, informasi aktual mengenai ekosistem seni di Riau.
Sebagai upaya awal penggerak ekosistem seni di Riau, ASERI menggelar serial diskusi daring yang menghadirkan Koordinator Daerah (Korda) ASERI 12 Kabupaten Kota se Provinsi Riau. Setiap Rabu dihadiri dua Korda sebagai narasumber. Serial diskusi ini fokus pada 4 isu ekosistem, Infrasutruktur, Regulasi, Skema Pendanaan, dan [...]
Pengarang Bidang Kerja Media, Teknologi dan Dokumentasi Aseri
Seorang lelaki dengan kumis tebal dan tatapan yang tajam. Menghentak sidang dewan rakyat (Volksraad) sekitar tahun 1928. Pasalnya dia adalah seorang pribumi yang dengan lantang dan tegas menyampaikan pendapatnya dengan bahasa dan aksen melayu di tengah dominasi orang Belanda. Ini menjadikannya catatan dalam sejarah besar peradaban Bahasa Melayu sebagai cikal bakal Bahasa Indonesia. Ia adalah Datok Jahja, pria kelahiran Sumatera Barat, yang dengan gagah mengatakan, “Saya lebih suka menggunakan bahasa Indonesia di dalam sidang majelis dewan rakyat karena saya adalah seorang Indonesier (orang Indonesia). Tuan-tuan tentu memaklumi bahwa sekalian bangsa di dunia ini lebih suka [...]
Pengarang Rian Kurniawan, M.Pd
TAK perlu tepekek telolong, hari ini kebutaan dan kepekakan sudah menjadi bagian yang tak terlepaskan dari grand design pemimpin culas berkelas "Bento". Ketidakberhasilan ditutupi dengan membangun image kepopularitasan dan kecongkakan belaka. Ekspresi senyum, ramah tamah, tegur sapa hanya sebuah kepalsuan yang menutupi wajah padahal sebenarnya mereka cicik terhadap persoalan rakyat yang remeh temeh, kumuh dan bikin ribet itu.
Seniman sepertinya ada dari salah satu dalam bagian kelompok rakyat yang masuk dalam kategori kata "cicik" pada wajah yang ditutupi itu. Tapi tidak semua, ya...sekali lagi [...]
Pengarang Agoes S Alam
SETIAP hari, setiap waktu, terus saja ada kata yang muncul dan menjadi topik di negeri ini. Baik di media sosial atau pun percakapan yang berkembang sehari-hari di kehidupan nyata. Namun kata-kata itu sejatinya muncul sebagai bentuk serapan baru, atau bahasa slang yang sengaja diubah bunyi dan susunannya agar terdengar ramah di telinga pendengarnya.
Riak-riak bahasa yang kini muncul acapkali di dalam televisi dan media sosial adalah kudeta. Kata ini pun sempat menjadi topik paling dibicarakan di jagat twitter. Kata kudeta adalah kata yang sebenarnya sudah lama ada di dalam KBBI. Kata ini kembali dibicarakan ketika terjadinya dua kejadian besar baru-baru ini [...]
Pengarang Rian Kurniawan Harahap
SETIAP hari, setiap waktu, terus saja ada kata yang muncul dan menjadi topik di negeri ini. Baik di media sosial atau pun percakapan yang berkembang sehari-hari di kehidupan nyata. Namun kata-kata itu sejatinya muncul sebagai bentuk serapan baru, atau bahasa slang yang sengaja diubah bunyi dan susunannya agar terdengar ramah di telinga pendengarnya.
Riak-riak bahasa yang kini muncul acapkali di dalam televisi dan media sosial adalah kudeta. Kata ini pun sempat menjadi topik paling dibicarakan di jagat twitter. Kata kudeta adalah kata yang sebenarnya sudah lama ada di dalam KBBI. Kata ini kembali dibicarakan ketika terjadinya dua kejadian besar [...]
Pengarang
BEBERAPA waktu lalu jagat media kembali dikejutkan berita Menteri Sosial Tri Rismaharini yang marah-marah sebab bantuan sosial tidak dibagikan di Riau. Bahkan Risma menyebut kata ‘dosa’ apabila hak untuk warga tidak disalurkan. Kemarahan Risma ini itu disampaikan saat pertemuan dengan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Himpunan Bank Negara (Himbara) penyalur bansos dan Kepala Dinas Sosial se-Riau, di salah satu hotel di Kota Pekanbaru, Riau, pada 31 Agustus 2021 lalu.
Kemarahan Risma di Riau ditujukan kepada Kepala Dinas Sosial Provinsi Riau dan pihak bank yang memblokir penyaluran bansos tersebut. Kepala [...]
Pengarang Aristofani Fahmi
Ini fenomena.
Kerinduan pelaku seni terhadap “panggung yang sebenarnya”, muncul di sela-sela seliweran panggung virtual. Mereka rindu tatap langsung, berbagi energi tanpa sekat layar kaca.
Di Pekanbaru tercatat beberapa program independen merespon situasi ini. Program “Melihat dan Mendengar Kita” dari Rumah Budaya Siku Keluang memiliki kalender setiap Rabu dua kali sebulan dengan sistem tiket online Rp 15,000,-. Semua hasil penjualan tiket diberikan kepada penampil. Sudah tiga karya yang dibentang di sini: Spiker Sosial (17 Februari 2021), Bandar Jiwa oleh koreografer St Alamanda (3 Maret 2021), Riau Street Musician [...]
Pengarang Willy FWI*
SAYA, dan agaknya juga hampir semua seniman (sekitar 700 orang) yang menghadiri Kongres Kesenian Indonesia III (1-5 Desember 2015) di Bandung itu, bersepakat dengan kalimat bernada pesimisme (dalam makalah) Nirwan Dewanto di atas. Bersepakat, terlebih karena, memang sejak lama Negara abai pada dunia kesenian. Para seniman, bergerak sendiri, di luar skenario Negara. Jika ada, toh semacam basa-basi, agar tidak dikatakan sebagai “negara barbar” karena mengabaikan seniman (berikut karya seninya). Basa-basi itu, bisa berupa program kegiatan yang diagendakan, habis itu lenyap. Bisa berupa elu-eluan di sebuah iven kesenian, habis itu lesap. Bisa pula berupa [...]
Pengarang Oleh Marhalim Zaini
TULISAN ini lahir setidaknya oleh dua sebab. Pertama, memang sudah cukup lama saya hendak menulis ihwal seni rupa (di) Riau, terutama setelah mengamati bertahun-tahun perkembangannya yang (menurut saya) tidak cenderung membaik. Meskipun saya bukan berangkat dari disiplin ilmu seni rupa, tapi anggaplah tulisan ini adalah salah satu bentuk kepedulian bersama sebagai sesama seniman lintas-disiplin. Sebab, pendekatan kita terhadap berbagai fenomena kebudayaan (termasuk seni) belakangan, tidak lagi bisa berangkat dari mono-perspektif, akan tetapi multi-perspektif. Meskipun agaknya tidak terlalu luas masuk ke dalam institusional bernama cultural studies (sebagai sebuah arena [...]
Pengarang Oleh Marhalim Zaini
SALAH satu gedung megah menjulang yang termasyhur di kota Pekanbaru, adalah Anjung Seni Idrus Tintin. Termasyhur, terlebih karena, tampak secara fisik, memang mencuri fokus: megah menjulang di lokasi strategis, dalam komplek Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandarserai—yang belakangan mesti dipertanyakan apakah benar di sini art center itu?). Maka, banyak orang menjadikannya sebagai ikon fisik. Mulai dari berfoto-foto di situ sebagai latar (fisik), sampai jadi ilustrasi berbagai brosur pariwisata dan budaya Melayu Riau. Dan, orang-orang Riau pun—termasuk senimannya—tentu saja merasa bangga, punya sebuah gedung kesenian yang megah menjulang [...]
Pengarang oleh MARHALIM ZAINI